Foto jembatan soekarno/antara foto/istimewa
Manadotousrm.eu.org - Kalau ada satu tempat di Manado yang bikin saya selalu ingin balik lagi, itu pasti Jembatan Soekarno. Banyak orang kenal jembatan ini sebagai spot foto kece dengan latar laut dan sunset, tapi jujur saja, makin sering saya ke sana, makin banyak hal yang baru saya tahu. Jembatan ini bukan cuma infrastruktur biasa. Ada cerita panjang, perjuangan teknis, sampai nuansa politik yang melekat di tiap kabel dan pondasinya.
Saya masih ingat pertama kali lewat Jembatan Soekarno setelah diresmikan tahun 2015. Rasanya seperti mimpi, karena sebelumnya saya sering dengar cerita bahwa proyek ini sempat mangkrak lebih dari satu dekade. Bayangin saja, rencana awalnya selesai 2–3 tahun, tapi kenyataannya butuh 12 tahun baru bisa dipakai. Salah satunya karena kontur tanah Manado yang unik dan bongkahan beton peninggalan Belanda yang menghambat pemasangan tiang pancang. Jadi ketika akhirnya jembatan ini berdiri megah, banyak warga merasa lega sekaligus bangga.
Dari sisi desain, Jembatan Soekarno memang luar biasa. Panjangnya 1.127 meter dengan lebar 17 meter, cukup untuk empat lajur kendaraan. Bagian yang paling menarik buat saya adalah konstruksi cable stayed sepanjang 240 meter, ditopang 44 kabel raksasa yang terlihat kokoh sekaligus elegan. Pernah sekali saya berhenti sebentar di area dekat jembatan malam hari, lampu-lampu kabel itu membuat siluet jembatan terlihat seperti landmark modern di tengah kota.
Yang jarang orang tahu, pembangunan jembatan ini bukan sekadar soal transportasi. Dari awal, ide pembangunannya sudah nyambung dengan grand design pariwisata Manado. Makanya, jembatan ini sengaja diarahkan menghubungkan Boulevard I dan II dua kawasan bisnis dan wisata. Efeknya terasa banget, akses ke Pelabuhan Manado dan Pasar Bersehati jadi lebih cepat, dan kawasan kuliner sekitar jembatan ikut hidup. Saya pribadi pernah mampir ke restoran ikan bakar di sekitarnya setelah sunset hunting, dan suasananya memang juara.
Buat wisatawan, Jembatan Soekarno menawarkan pengalaman visual yang susah ditandingi. Dari atas jembatan, mata bisa lepas memandang Pulau Bunaken, Pulau Manado Tua, sampai Gunung Klabat di kejauhan. Kalau beruntung, sunrise di sisi timur atau sunset di sisi barat bisa jadi momen paling memorable. Banyak teman saya bilang, kalau datang ke Manado tapi tidak mampir ke jembatan ini, rasanya seperti ada yang kurang.
Saya pernah juga salah waktu datang weekend sore. Hasilnya? Macet dan penuh orang yang mau foto. Jadi tips saya, kalau mau menikmati tenang dan dapat foto cakep, coba datang weekdays. Jangan lupa bawa kamera, karena cahaya pagi dan senja di sini benar-benar fotogenik.
Pada akhirnya, Jembatan Soekarno lebih dari sekadar ikon wisata. Ia simbol dari proses panjang penuh tantangan, bagian dari sejarah politik keluarga Soekarno, dan bukti bahwa Manado bisa berdiri sejajar dengan kota-kota lain di Indonesia soal infrastruktur modern. Dan bagi saya pribadi, tiap kali melewati jembatan ini, ada rasa kagum sekaligus haru sebuah pengingat bahwa sesuatu yang lama ditunggu, pada akhirnya bisa terwujud indah.
Posting Komentar untuk "Fakta Dibalik Jembatan Soekarno di Kota Manado Selain Sebagai Ikon Wisata yang Jarang Diketahui"